Serat Wulangreh


Yasadalem K.G.P.A.A. MANGKOENAGORO IV ing Puro Mangkunegaran Hadiningrat)


1). Mingkar mingkuring angkara, Akarana karanan mardi siwi, Sinawung resmining kidung, Sinuba sinukarta,Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung. Kang tumrap neng tanah Jawa, Agama ageming aji.

2). Jinejer neng Wedatama. Mrih tan kemba kembenganing pambudi, Mangka nadyan tuwa pikun,Yen tan mikani rasa, yekti sepi asepa lir sepah, samun, Samangsane pasamuan, Gonyak ganyuk nglilingsemi.

3). Nggugu karsaning priyangga, Nora nganggo peparah lamun angling, Lumuh ing ngaran balilu,Uger guru aleman, Nanging janma ingkang wus waspadeng semu, Sinamun ing samudana,Sesadon ingadu manis.

4). Si pengung nora nglegawa, Sangsayarda deniro cacariwis, Ngandhar-andhar angendhukur,Kandhane nora kaprah, saya elok alangka longkanganipun, Si wasis waskitha ngalah,Ngalingi marang si pingging.

5). Mangkono ngelmu kang nyata, Sanyatane mung weh reseping ati, Bungah ingaran cubluk,Sukeng tyas yen denina, Nora kaya si punggung anggung gumrunggung, Ugungan sadina dina,Aja mangkono wong urip.

6). Urip sepisan rusak, Nora mulur nalare ting saluwir, Kadi ta guwa kang sirung, Sinerang ing maruta,Gumarenggeng anggereng. Anggung gumrunggung, Pindha padhane si mudha, Prandene paksa kumaki.

7). Kikisane mung sapala, Palayune ngendelken yayah wibi, Bangkit tur bangsaning luhur, Lha iya ingkang rama, Balik sira sarawungan bae during, Mring atining tata krama, Nggon anggon agama suci.

8). Socaning jiwangganira, Jer katara lamun pocapan pasthi, Lumuh asor kudu unggul, Semengah sesongaran, Yen mangkono keno ingaran katungkul, Karem ing reh kaprawiran, Nora enak iku kaki.

9). Kekerane ngelmu karang, Kekarangan saking bangsaning gaib, Iku boreh paminipun, Tan rumasuk ing jasad,
Amung aneng sajabaning daging kulup, Yen kapengok pancabaya, Ubayane mbalenjani.

10). Marma ing sabisa-bisa, Bebasane muriha tyas basuki, Puruita-a kang patut, Lan traping angganira,Ana uga angger ugering kaprabun, Abon aboning panembah, Kang kambah ing siyang ratri.

11). Iku kaki takok-eno, marang para sarjana kang martapi, Mring tapaking tepa tulus, Kawawa nahen hawa,ruhanira mungguh sanyataning ngelmu, Tan mesthi neng janma wredha, Tuwin mudha sudra kaki.

12). Sapantuk wahyuning Gusti Allah, Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit, Bangkit mikat reh mangukut,Kukutaning jiwangga, Yen mengkono kena sinebut wong sepuh, Lire sepuh sepi hawa, Awas roroning atunggil

13). Tan samar pamoring sukma, Sinuksmaya winahya ing ngasepi, Sinimpen telenging kalbu,Pambukaning warana, Tarlen saking liyep layaping aluyup, Pindha pesating sumpena, Sumusuping rasa jati.

14). Sejatine kang mangkana, Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi, Bali alaming ngasuwung,Tan karem karameyan, Ingkang sipat wisesa winisesa wus, Mulih mula mulanira, Mulane wong anom sami.



Translate;

1). Menahan diri dari nafsu angkara, karena berkenan mendidik putra disertai indahnya tembang,
dihias penuh variasi, agar menjiwai tujuan ilmu luhur, yang berlaku di tanah Jawa (nusantara) agama sebagai “pakaian”nya perbuatan.

2). Disajikan dalam serat Wedatama, agar jangan miskin pengetahuan, walaupun tua pikun
jika tidak memahami rasa (sirullah), niscaya sepi tanpa guna bagai ampas, percuma, pada tiap pertemuan
sering bertindak ceroboh, memalukan.

3). Mengikuti kemauan sendiri, Bila berkata tanpa pertimbangan (asal bunyi), Tak mau dianggap bodoh,
Asal gemar dipuji-puji (sebaliknya) Ciri orang yang sudah cermat akan ilmu justru selalu merendah diri,
selalu berprasangka baik.

4). Si dungu tidak menyadari, Bualannya semakin menjadi jadi, ngelantur bicara yang tidak-tidak,
Bicaranya tidak masuk akal, makin aneh tak ada jedanya. Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah,
Menutupi aib si bodoh.

5). Demikianlah ilmu yang nyata, Senyatanya memberikan ketentraman hati, Gembira dibilang bodoh,
Tetap gembira jika dihina, Tidak seperti si dungu yang selalu sombong, Ingin dipuji setiap hari.
Janganlah begitu caranya orang hidup.

6). Hidup sekali saja berantakan, Tidak berkembang nalarnya tercabik-cabik. Umpama goa gelap menyeramkan,
Dihembus angin, Suaranya gemuruh menggeram, berdengung Seperti halnya watak anak muda
Sedah begitu masih berlagak congkak.

7). Tujuan hidupnya tak berarti, Maunya mengandalkan orang tuanya, Yang terpandang serta bangsawan
Itu kan ayahmu ! Sedangkan kamu kenal saja belum, akan hakikatnya tata karma ajaran agama yang suci

8). Cerminan dari dalam jiwa raga mu, Nampak jelas walau tutur kata halus, Sifat pantang kalah maunya menang sendiri, Sombong besar mulut, Bila demikian itu, disebut orang yang terlena, Puas diri berlagak tinggi
Tidak baik itu nak !

9). Di dalam ilmu sihir, Rekayasa dari hal-hal gaib, Itu umpama bedak. Tidak meresap ke dalam jasad,
Hanya ada di kulitnya saja nak, Bila terbentur marabahaya, bisanya menghindari.

10). Karena itu sebisa-bisanya, Bahasanya, upayakan berhati baik, Bergurulah secara baik
Yang sesuai dengan dirimu , Ada juga peraturan dan pedoman bernegara, Menjadi syarat bagi yang berbakti,
yang berlaku siang malam.

11). Itulah nak, tanyakan, Kepada para sarjana yang menimba ilmu, Kepada jejaknya para suri tauladan yang benar, dapat menahan hawa nafsu, Pengetahuanmu adalah senyatanya ilmu, Tidak mesti dikuasai orang tua,
Bisa juga bagi yang muda atau miskin, nak !

12). Siapapun yang menerima wahyu Tuhan, Dengan cemerlang mencerna ilmu tinggi, Mampu menguasai ilmu kasampurnan, Kesempurnaan jiwa raga, Bila demikian pantas disebut “orang tua”. Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa nafsu, Paham akan dwi tunggal (menyatunya sukma dengan Tuhan)

13). Tidak lah samar menyatunya sukma, Meresap terpatri dalam semadi, Diendapkan dalam lubuk hati
menjadi pembuka tirai, Tidak lain berawal dari keadaan antara sadar dan tiada, Seperti terlepasnya mimpi
Merasuknya rasa yang sejati.

14). Sebenarnya yang demikian itu sudah mendapat anugrah Tuhan, Kembali ke “alam kosong”, tidak mengumbar nafsu duniawi, yang bersifat kuasa menguasai. Kembali ke asal mula. Oleh karena itu,
wahai anak muda sekalian…

Tunjukkan huruf latin
1). Refrain from egoistic desires, as well pleased with the beautiful song of educating sons,
fully decorated variations, in order to inspire the lofty goals of science, which is valid in Java (the country) religion as a "dress" his deeds.

2). Wedatama expressed in fiber, so do not be poorly understood, although senile old
if you do not understand the sense of (sirullah), then is quiet with no order as pulp, free of charge, at each meeting
often act reckless, embarrassing.

3). Follow their own accord, when said without consideration (original sound), Not to be considered stupid,
Origin liked being touted (reverse) feature people who are careful will just always be humble self-knowledge,
always prejudiced either.

4). The fool does not realize, Bualannya increasingly become so, digress to talk nonsense,
His speech did not make sense, even weirder no jedanya. Another case, the clever fish carefully and to yield,
Cover the disgrace that fool.

5). This is real science, providing tranquility actual heart, Joyful say stupid,
Stay happy when insulted, not like the fool who always arrogant, Want to be praised every day.
Do not work that way people live.

6th). Life is just once a mess, not his reason developed in tatters. Suppose creepy dark cave,
The wind, his voice rumbling growling, buzzing As a young child's character
Sedah still act so arrogant.

7). Her goal in life does not mean, I wish I rely on her parents, who respected and noble
That's your father! Whereas ye know it yet, will be essentially good karma of the holy religion

8). Reflection from inside your body and soul, despite obvious and clear, smooth words said, Nature never wants to win their own defeat, Smug big mouth, if so, called the drift, self-acting high Satisfied
Not whether it sonny!

9). Inside witchcraft, Engineering from things unseen, That for instance powder. Not seep into the body,
Only in the skin only son, When you hit the distress, usually avoid.

10). Because it could, language, seeks good-hearted, well Bergurulah
Which according to you, There are also rules and guidelines state, become a requisite for a devoted,
prevailing day and night.

11). That's my son, ask, To the scholars who gain knowledge, To trace the true role models, can resist the passions, your knowledge is actual knowledge, not necessarily controlled by parents,
It could also for the young or poor, young man!

12). Anyone who receives divine revelations, with a brilliant sense of high science, able to master the science kasampurnan, Perfection of body and soul, If so deserves to be called "parents". Meaning of "parent" is not controlled by lust, Understanding will be a single bi (union of soul with God)

13). Not too subtle union of soul, penetrates etched in meditation, deposited in your heart
be an opening curtain, the other is not originated from a state between wakefulness and gone, like the release of a dream
Merasuknya true sense.

14). Actually it's got such grace of God, Back to "natural zero", not mengumbar carnal lust, which are power controlled. Return to origin. Therefore,
O young gentlemen ...
Sumber :http://hamijayan.blogspot.com/2009/10/serat-wulangreh.html

0 comments:

Post a Comment

 

panembah Design by Insight © 2009